Aku menunggu waktu itu akan kembali. Menanti kamu di tepi jalan ini. Sejenak ku pejamkan mata, berharap saat aku membukanya, kamu bediri di depan mata ini dengan membawa segenggam rasa yang telah lama aku tunggu. Dalam pejaman mata, ku mampu lihat dirimu, kumampu lihat senyummu. Namun, tatkala mata terbuka, bayang dirimu sirna bersama jutaan cahaya yang masuk ke mata. Tak ku dapati dirimu di sana. Dan bahkan, aku memang hanya mampu melihatmu dari situ, dari pejaman mataku.
Di sini, kian lama aku kian melemah, begitu juga rasa yang ada. Rasa yang sempat ada untuk kamu sudah meluruh. Banyak orang berkata, semua akan indah pada waktunya, tetapi aku tak bisa menggapai semua. Terutama rasa yang kamu punya. Dan hingga detik ini, tak secuil pun bahagia bisa ku terima. Kamu, mungkin pernah membangun semangatku. Tetapi kini kamu melapukkan semangat yang telah kamu beri padaku, dan kamu juga sudah menyisakan pedih untuk diri ini. Terima kasih karena kamu sudah buatku begitu, satu hal yang pasti, rasa percayaku padamu masih tersisa. Aku percaya, jika kamu pasti akan terperangah kelak, Karena aku, diriku, akan bangkit dari kubangan rasa sakit. Karena aku, diriku, pasti akan tumbuh dan berovolusi jadi pelangi yang muncul setelah hujan dan badai.
0 komentar:
Posting Komentar