Rabu, 27 Desember 2017

Kisah Persimpangan



Aku akan sedikit bercerita tentang kisah Persimpangan Jalan dan Lelaki Berpayung Teduh.

Ah bukan tentang penyanyi dan pencipta lagu itu.

Akan tetapi tentang lampu kota dan kisah tentang lelaki dan gadisnya.

Kisah ini dimulai dari ujung jalan. Di bawah remang cahaya lampu kota yang dikerubungi nyamuk. Tak ada yang spesial. Bahkan angin pun enggan datang barang sedetik. Hanya cicak dan beberapa hewan pemangsa serangga tertarik menghampiri. Ujung jalan itu terlalu beku untuk kau anggap sebagai tempat penerang. Tak ada angin memang. Tapi menyadari bahwa kau berdiri disana sedirian, adalah sesuatu yang membuat tulangmu kaku. Beku.

Mungkin kau berkilah. Ia tak jua berdiri di bawah temaram dengan tangan dijulurkan menawarkan kehangatan. Ah, sedang apa kau ini? Sedang apa berdiri di bawah lampu jalanan?

Benar, kau sedang merajuk rupanya.

Maka, tanyakan pada tuan yang berdiri disana.

Tuan, jika kau bisa bisikkan sebait kisah pada hujan, maka kisah mana yang akan kau pilih mewakili hidup pedihmu?
Tentang gadismu yang tak pernah berhenti bicara?
Tentang gadismu yang sering menangis diam diam?
Tentang gadismu yang suka ikut campur semua urusan?
Tentang gadismu yang tak seperti gadis lainnya?

Sedangkan aku, berdiri di sisi jalan dengan harapan penuh. Tidak jua kakiku melangkah menentukan tentang barat ataukah timur yang kupilih. Tentang pergi atau tetap berdiri.

Tentang menjadi lebih kuat dari hati yang lain, aku akan tetap terus berdiri disini. Memilih sisi yang di mana aku dapat merasa nyaman. Namun, tentang hal yang lain...

Bisa jadi, Tuan, kau adalah persimpangan yang gelap gulita di sana. Menjadi sarang para begal. Menanti mencari mangsa. Menanti mencari jiwa yang lelah. Namun setelahnya, mungkin kutemukan rumah.

Bisa jadi, Tuan, kau adalah persimpangan dengan sulur bunga merekah menjanjikan kebahagiaan. Namun setelahnya, mungkin kutemukan kandang anjing kelaparan.

Bisa jadi, Tuan, kau adalah persimpangan yang dilalui alir sungai tenang akan tetapi ditinggali oleh ikan pemangsa. Namun setelahnya, mungkin kutemukan apel segar dengan kekuatan mematikan sekali telan.

Tuan, perlu kau ketahui. Bahwasannya akan selalu ada persimpangan setelah persimpangan.

Bahwasannya akan selalu ada masalah setelah kau lalui ia sebelumnya.

Namun, bukan mengenai bisa atau tidaknya kau menaklukkan masalahmu, Tuan. Tapi, tentang dengan siapa kau melaluinya.

Tuan, bilamana kau bersedia menjadi racun sekaligus penawar, ijinkan nona muda ini memintamu untuk menjadi orang yang mengajarkannya menjadi lebih berani. Keluar dari sangkar yang entah di mana sang pemilik membuang kuncinya.
Ajarkan ia untuk berani mengambil keputusan besar, namun, kau datang dengan kekuatan agar membuatnya tak pernah mundur.

Tuan, gadismu tak akan pernah meminta untuk kedua kali. Maka mendengarkannya adalah sebuah keharusan.

Dan mencintai gadismu dengan sederhana, adalah sesederhana ia menemukanmu dalam tumpukan jerami dan menumbuhkan mimpinya bersama. Denganmu, Tuan.

Yang jelas...

Gadismu, hanya membutuhkan sebuah kepastian. Tentang kemana dan bagaimana kau akan membawanya. Jika kau ada di persimpangan jalan, jangan kau tunggu gadismu datang.
Tapi jemputlah ia dengan setidaknya membawa satu payung untuk sama-sama jadi tempat berteduh. Gadismu, yang menanti dengan harap harap cemas. Hanya menginginkan itu.

Sesederhana itu takdir, yang kau hampiri. Yang kau salami. Karna gadismu, akan menentukan pada persimpangan mana ia akan berlalu.

Ditulis,


27 Desember 2017

Minggu, 04 Juni 2017

Untuk Juni


.....

Pada sebuah Juni yang ku tunggu itu, Mei selalu datang dengan kisah-kisah tak terduga yang membingungkan.


Hei... Mengapa Juni selalu kau buat menjadi serumit ini, Mei?

        Tepat setahun yang lalu terakhir kali kubuka blog berjamur ini. Sekedar untuk mengenang Juni. Sekedar untuk mengingatkan, bagaimana arus itu pernah membawaku kemari.

        Aku baru saja merebahkan tubuhku di atas kasur begitu menyadari bahwa tiba-tiba saja hujan bertandang. Namun Juni sudah berdiri tepat dihadapanku. Mengemas ingatan terpendam dan menyuguhkannya. Gemericik di luar kamarku terdengar semakin menguat. Selaras dengan tamparan keras diwajahku. Hei, sudah berjalan sejauh mana kamu saat ini?


        Mendadak kepalaku abu-abu. Mengingat seseorang di rumah pernah berujar, "Jangan sampai kamu salah memilih. Jangan lagi. Cukup Mama saja."

        Tubuhku bergetar. Memilih adalah kelemahan terbesarku. Mengulang kembali kesalahan adalah ketakutan terbesarku. Dan melepaskan adalah...

        Pada sisa-sisa doa yang aku kemas setelah doa tentang kedua orang tua, tak pernah sekali pun aku luput untuk mendoakan tentang pilihan.

        Setiap tahun yang merangkak di sudut-sudut umurku, menjadi dewasa adalah kesusahan yang sedang berusaha aku upayakan. Dan menentukan pilihan, merupakan salah satu pintu yang harus aku masuki.

        Dan urusan cinta, mungkin jadi salah satu pintu yang saat ini masih tertutup rapat dan entah kutahu ada di mana.

        Apa yang kau ketahui tentang cinta? Sepasang kekasih yang bergandengan tangan dari fajar hingga terbenamnya matahari? Atau dua hati yang saling mendoakan dari kejauhan?
        Adakah hal yang lebih menyejukkan dari rasa khawatir seorang lelaki terhadapmu bila kamu tidak sedang bersama dia?
        Dan adakah hal yang lebih membahagiakan dari menyaksikan ia bahagia di sana?

        Sampai detik ini, aku masih mencari. Dimana makna makna itu terselip dibalik saku-saku celanaku. Mungkin kah ia yang memperjuangkanmu hingga lupa akan kesehatan diri sendiri adalah yang terbaik? Mungkin kah ia yang selalu menanyakan di mana kamu dan sudahkah kamu menjalankan ibadahmu? Mungkinkah ia yang dengan tangan terbuka menyediakan pundaknya meski beribu-ribu kesalahan kau perbuat untuknya?

        Tuhan, dengan segala kemungkinan di tengah ketidakmungkinan, telah menyiapkan jawaban yang kau bahkan tak pernah membayangkannya.


        Teruslah memperbaiki diri. Lagi. Lagi. Dan lagi.


        "Doa mama satu, kamu bisa dipertemukan dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Karna bisa saja orang yang tepat itu datang ketika kamu belum siap. Jadi, selama kamu menunggu, terus perbaiki diri."
-suatu hari di bulan Juni-
 

Template by Best Web Hosting