Kamis, 30 April 2015

Repost: Cloud(s) (20 Februari 2013)


Little quotes from: Cloud(s)

        Sang roda waktu mungkin terlihat bisu, tapi mereka bahkan tak pernah sekali pun diam. Mereka bicara dan terus berkata. Ada celah di mana kamu harus mengingat, sesuatu yang bisu tak selalu bebas dari suara. Seperti bahasa-bahasa yang tercipta antar manusia atau manusia dengan lingkungan. Seperti juga lampu merah di jalanan. Mereka bicara. Mereka menyampaikan sesuatu. Walau terlihat bisu.

Reason


        Bibirku mengulum senyuman sinis. Memandang inci demi inci angka yang tertera di sana diam.

        Hujan. Ia berkawan dengan petir kali ini. Membuat alunan nada yang bergema di ujung telingaku tersamarkan. Jemariku melempar jauh kalendar ke atas ranjang. Tersadar bahwa aku sudah merangkak jauh dan melupakan sesuatu yang tertinggal di belakang. Memilih untuk kembali? Merangkak?

        Tidak. Aku masih lebih dari waras untuk kembali dan merangkak lagi.

        Sejenak hujan mendekam ketika earphoneku tak lagi bersuara. Seolah sepasang kaktus di atas meja menertawakanku yang tak kunjung maju barang selangkah.

        Aku mendengus kesal. Alunan gitar yang kembali menggema seolah menahan air mataku untuk tumpah. Aku tidak benar-benar tau judul lagu apa yang aku dengarkan. Yang kutahu hanya nada-nada sendu itu mampu membuatku benar-benar menjadi diri sendiri.

        Reason.

        Kugigit bibir bawahku. Walau tak sebait lirik pun terdengar, entah mengapa otakku seolah melafalkan sesuatu.


        Reason.
        Aku memandang judul yang tertera. Diam.

        Semua berawal dari sebuah alasan. Alasan mengapa kita harus bernapas. Mengapa kita harus tidur. Mengapa kita harus melaju. Mengapa kita harus beristirahat.

        Bahkan alasan mengapa Tuhan memberikan cobaan.

        Mungkin juga alasan mengapa aku membeli dua kaktus kurus yang kini menjadi penjaga kamarku.

        Entahlah. Alasan adalah sesuatu yang dapat membuatmu memulai mau pun mengakhiri. Alasan adalah sesuatu yang mampu membuatmu berdiri tegak meski orang lain menolak. Alasan adalah sesuatu yang membuatmu melangkah lebih jauh walau kamu tahu ada beberapa biji paku.
       
        Bahkan untuk suatu hal yang kau anggap tak berasalan justru memiliki sejuta macam alasan. Benar bukan?
       

Repost: Alas Kaki (Minggu, 23 Februari 2014)


       Aku memutar sebuah lagu lama yang kukenal dari teman sekelasku. Alunan gitar menyapa senyap udara. Begitu dalam dan tenang. Sebuah lagu dari maestro Indonesia. 'Iwan Fals'
       Aku merinding menyimak suara berat sekaligus hangat. Seperti disetrum listrik, tubuhku seketika tak berkutik.

       Andai kau ijinkan..
       Walau sekejap memandang 
       Kubuktikan kepadamu 
       Aku meiliki rasa

       Aku memejamkan mata. Meresapi tiap makna yang melayang di otakku dengan seksama. 

       Cinta yang kupendam 
       Tak sempat aku nyatakan
       Karena kau telah memilih 
       Menutup pintu hatimu
        
       Senyap.

       Aku menghentikan alunan lagu tanpa kusadari. Sadar diri bahwa aku tak cukup kuat untuk menelan pahit sedini ini.
       Hari ini adalah malam tahun baru. Malam di mana tahun akan bertambah satu angka. Tapi, apa yang akan berubah dariku?
      
       Aku ingat ketika umurku masih belia. Dengan harapan buta, aku mengharapkan mimpi kosong terjadi. Dan kini aku tahu diri, mimpi itu akan selamanya kosong jika aku tak pernah berusaha mengisinya, mencoba merealisasikannya.
       Waktu sudah beranjak jauh. Tapi aku baru melangkah sejengkal saja.
       Saat ini aku berjalan tanpa alas kaki, berjalan dengan luka yang tercipta dari kerikil kecil dan serpihan kaca. Itulah yang membuatku tak pernah bisa melangkah lebih jauh. Namun tidak dengan hari berikutnya. Aku akan berjalan dengan alas kaki bernama 'Mimpi'. Berjalan lebih cepat dan tepat.
       Maka aku kembali bertanya, apa yang akan berubah dariku di tahun 2014 ini? Jawabannya ialah, perasaanku. Perasaan yang rapuh.
-2013
Midnight-
 

Template by Best Web Hosting