Selasa, 20 November 2012

Menyergah Waktu

Waktu kian merangkak. Sementara aku masih terpaku pada ketidakmampuanku. Pada kebimbangan yang melanda benak ini. Waktu bak pak tua dengan bandul jam lusuhnya tersenyum padaku angkuh. Waktu seolah menghimpit dunia ini menjadi sekecil kuku. Dan.. mungkin saja aku sudah berada di ujung, berada di ambang batas yang terbentang.
Aku menengok ke belakang, melihat waktu yang dulu. Betapa besar kesalahan yang telah aku buat. Menghambur waktu, seolah masih ada esok yang akan ku emban. Kurasa, kini aku kembali berpijak setelah sekian lama melayang tanpa batas dan tiada arah. Kurasa nyawaku kembali ke raga, setelah sebelumnya menjelajah dunia yang fana.
Inikah aku yang kumau? Menatap lurus setitik cahaya dan berharap cahaya itu akan melebar. Berharap cahaya itu kelak akan menabiri tubuhku. Menerangi langkah yang tak luput dari goncangan.
Dan kupikir, meski waktu sempat mengambil alih diriku, aku harus bisa lepas darinya, menyergahnya. Menanggalkannya dalam kenangan yang hanya perlu aku simpan. Bukan aku tangiskan.

Kita adalah Drama

Ini tak seperti Drama yang penuh emosi haru, atau pilu. Hanya sepotong kisah usang yang tak harusnya kau pandang. Hanya perlu kau ukir dalam nuranimu bahwa dunia memang adalah Drama. Tinggal kamulah yang berkewajiban meneruskan ceritanya, memainkan perannya. Semua ada di genggamanmu. Siapa dirimu dan bagaimana rupamu..
Jika kamu menduduki peran antagonis, maka jadi peran antagonis yang membuat orang lain jatuh sesakit-sakitnya. Karena dengan begitu, semua orang akan belajar darimu. Belajar mengerti diri sendiri dan berusaha untuk mengubahnya. Karena banyak orang yang terlalu  jauh melihat ke luar, ke atas, kanan, dan kiri, Bukan ke bawah dan ke dalam. Cukup lihat dirimu, apa kamu dan seberapa banyak hal yang telah kamu perbuat.
Jika kamu berperan sebagai tokoh Pembantu, jangan bersedih dulu. Kamu bukanlah tokoh pembantu, kamu adalah penyeimbang antara baik dan buruk, hitam dan putih, atas atau bawah. Kamu adalah pelipur lara. Yang selalu memberi sentuhan warna berbeda melalui cara yang kamu punya. Jadi, cukup jadi dirimu, dan detik kelak akan menuntunmu menemukan dirimu.
Apabila kamu adalah tokoh Protagonis yang selalu ditindas, yang selalu menampakkan wajah sabar nan tegar, hentikan tindakan konyolmu. Berhenti menggunakan topeng palsu yang selalu menyelimuti senyummu dengan ketidaktulusan. Luapkan apa pun yang menyergap hatimu. Katakan bahwa tokoh Protagonis tak harus diawali miris dan berakhir manis.
Kita adalah Drama yang berbeda. Drama yang tak seharusnya dibelenggu skenario. Karena sutradara, aktor, aktrisnya ialah kita. Dan tak ada satu pun yang bisa mengubahnya, atau bahkan mengusiknya sekali saja.

 

Template by Best Web Hosting