Minggu, 04 Juni 2017

Untuk Juni


.....

Pada sebuah Juni yang ku tunggu itu, Mei selalu datang dengan kisah-kisah tak terduga yang membingungkan.


Hei... Mengapa Juni selalu kau buat menjadi serumit ini, Mei?

        Tepat setahun yang lalu terakhir kali kubuka blog berjamur ini. Sekedar untuk mengenang Juni. Sekedar untuk mengingatkan, bagaimana arus itu pernah membawaku kemari.

        Aku baru saja merebahkan tubuhku di atas kasur begitu menyadari bahwa tiba-tiba saja hujan bertandang. Namun Juni sudah berdiri tepat dihadapanku. Mengemas ingatan terpendam dan menyuguhkannya. Gemericik di luar kamarku terdengar semakin menguat. Selaras dengan tamparan keras diwajahku. Hei, sudah berjalan sejauh mana kamu saat ini?


        Mendadak kepalaku abu-abu. Mengingat seseorang di rumah pernah berujar, "Jangan sampai kamu salah memilih. Jangan lagi. Cukup Mama saja."

        Tubuhku bergetar. Memilih adalah kelemahan terbesarku. Mengulang kembali kesalahan adalah ketakutan terbesarku. Dan melepaskan adalah...

        Pada sisa-sisa doa yang aku kemas setelah doa tentang kedua orang tua, tak pernah sekali pun aku luput untuk mendoakan tentang pilihan.

        Setiap tahun yang merangkak di sudut-sudut umurku, menjadi dewasa adalah kesusahan yang sedang berusaha aku upayakan. Dan menentukan pilihan, merupakan salah satu pintu yang harus aku masuki.

        Dan urusan cinta, mungkin jadi salah satu pintu yang saat ini masih tertutup rapat dan entah kutahu ada di mana.

        Apa yang kau ketahui tentang cinta? Sepasang kekasih yang bergandengan tangan dari fajar hingga terbenamnya matahari? Atau dua hati yang saling mendoakan dari kejauhan?
        Adakah hal yang lebih menyejukkan dari rasa khawatir seorang lelaki terhadapmu bila kamu tidak sedang bersama dia?
        Dan adakah hal yang lebih membahagiakan dari menyaksikan ia bahagia di sana?

        Sampai detik ini, aku masih mencari. Dimana makna makna itu terselip dibalik saku-saku celanaku. Mungkin kah ia yang memperjuangkanmu hingga lupa akan kesehatan diri sendiri adalah yang terbaik? Mungkin kah ia yang selalu menanyakan di mana kamu dan sudahkah kamu menjalankan ibadahmu? Mungkinkah ia yang dengan tangan terbuka menyediakan pundaknya meski beribu-ribu kesalahan kau perbuat untuknya?

        Tuhan, dengan segala kemungkinan di tengah ketidakmungkinan, telah menyiapkan jawaban yang kau bahkan tak pernah membayangkannya.


        Teruslah memperbaiki diri. Lagi. Lagi. Dan lagi.


        "Doa mama satu, kamu bisa dipertemukan dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Karna bisa saja orang yang tepat itu datang ketika kamu belum siap. Jadi, selama kamu menunggu, terus perbaiki diri."
-suatu hari di bulan Juni-

0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Best Web Hosting