Aku menatap semuanya sebelah mata, tapi, itu sebelum kau hadir dan memberi sentuhan tersendiri dalam hidupku ini.
Kau mengajarkanku apa arti hidup dan mengapa manusia harus hidup meski di tengah hiruk pikuknya permasalahan. Ya, karena manusia memang dilahirkan untuk itu semua.
Sebelumnya, aku menganggap tak ada seseorang yang lebih menderita dibanding diriku. Diriku, tak memiliki banyak hal yang dapat dibanggakan, melainkan memiliki banyak kekurangan, begitu banyak hingga aku bingung dengan cara apa aku dapat menghitungnya.
Tetapi, dengan melihat lebih jeli, aku pun mengerti, mengapa adakalanya aku merasa sendiri dan dihianati. Hhh.. karena aku memang menghianati diriku sendiri. Tak pernah mengaca diri, bahwa aku masih lebih beruntung, dalam banyak hal.
Aku tertegun dan diam, melihat begitu banyak jiwa teraniaya di luar sana. Disaat aku merasa bahwa aku tak memiliki satu bagian dalam hidupku, seperti sahabat, di luar sana, masih banyak orang yang bahkan tak mengerti apa itu persahabatan. Jikalau aku meratapi diri dan berujar lirih, "mengapa aku tidak bisa mendapat orang tua yang sempurna?" lebih banyak manusia berteriak resah, "andai saja orang tuaku masih ada."
Aku diam seribu bahasa. Otakku berusaha mencerna dan menerka. "Haruskah aku melupakan semua? melupakan bahwa aku adalah orang paling menderita di dunia?" hanya ada bisikan dari lorong hatiku yang gelap. "YA" dan lorong hatiku yang semula redup pun berangsur terang, benderang.
-Mungkin aku terlahir sebagai orang yang tak berguna, tapi aku bukan seseorang yang dilahirkan dan ditakdirkan untuk menyerah...
Satu lagi, aku, harus lupakan semua, melangkah, menengadah kepala, dan tertawa ria,..
0 komentar:
Posting Komentar