Ah bukan tentang penyanyi dan pencipta lagu itu.
Akan tetapi tentang lampu kota dan kisah tentang lelaki dan gadisnya.
Kisah ini dimulai dari ujung jalan. Di bawah remang cahaya lampu kota yang dikerubungi nyamuk. Tak ada yang spesial. Bahkan angin pun enggan datang barang sedetik. Hanya cicak dan beberapa hewan pemangsa serangga tertarik menghampiri. Ujung jalan itu terlalu beku untuk kau anggap sebagai tempat penerang. Tak ada angin memang. Tapi menyadari bahwa kau berdiri disana sedirian, adalah sesuatu yang membuat tulangmu kaku. Beku.
Mungkin kau berkilah. Ia tak jua berdiri di bawah temaram dengan tangan dijulurkan menawarkan kehangatan. Ah, sedang apa kau ini? Sedang apa berdiri di bawah lampu jalanan?
Benar, kau sedang merajuk rupanya.
Maka, tanyakan pada tuan yang berdiri disana.
Tuan, jika kau bisa bisikkan sebait kisah pada hujan, maka kisah mana yang akan kau pilih mewakili hidup pedihmu?
Tentang gadismu yang tak pernah berhenti bicara?
Tentang gadismu yang sering menangis diam diam?
Tentang gadismu yang suka ikut campur semua urusan?
Tentang gadismu yang tak seperti gadis lainnya?
Sedangkan aku, berdiri di sisi jalan dengan harapan penuh. Tidak jua kakiku melangkah menentukan tentang barat ataukah timur yang kupilih. Tentang pergi atau tetap berdiri.
Tentang menjadi lebih kuat dari hati yang lain, aku akan tetap terus berdiri disini. Memilih sisi yang di mana aku dapat merasa nyaman. Namun, tentang hal yang lain...
Bisa jadi, Tuan, kau adalah persimpangan yang gelap gulita di sana. Menjadi sarang para begal. Menanti mencari mangsa. Menanti mencari jiwa yang lelah. Namun setelahnya, mungkin kutemukan rumah.
Bisa jadi, Tuan, kau adalah persimpangan dengan sulur bunga merekah menjanjikan kebahagiaan. Namun setelahnya, mungkin kutemukan kandang anjing kelaparan.
Bisa jadi, Tuan, kau adalah persimpangan yang dilalui alir sungai tenang akan tetapi ditinggali oleh ikan pemangsa. Namun setelahnya, mungkin kutemukan apel segar dengan kekuatan mematikan sekali telan.
Tuan, perlu kau ketahui. Bahwasannya akan selalu ada persimpangan setelah persimpangan.
Bahwasannya akan selalu ada masalah setelah kau lalui ia sebelumnya.
Namun, bukan mengenai bisa atau tidaknya kau menaklukkan masalahmu, Tuan. Tapi, tentang dengan siapa kau melaluinya.
Tuan, bilamana kau bersedia menjadi racun sekaligus penawar, ijinkan nona muda ini memintamu untuk menjadi orang yang mengajarkannya menjadi lebih berani. Keluar dari sangkar yang entah di mana sang pemilik membuang kuncinya.
Ajarkan ia untuk berani mengambil keputusan besar, namun, kau datang dengan kekuatan agar membuatnya tak pernah mundur.
Tuan, gadismu tak akan pernah meminta untuk kedua kali. Maka mendengarkannya adalah sebuah keharusan.
Dan mencintai gadismu dengan sederhana, adalah sesederhana ia menemukanmu dalam tumpukan jerami dan menumbuhkan mimpinya bersama. Denganmu, Tuan.
Yang jelas...
Gadismu, hanya membutuhkan sebuah kepastian. Tentang kemana dan bagaimana kau akan membawanya. Jika kau ada di persimpangan jalan, jangan kau tunggu gadismu datang.
Tapi jemputlah ia dengan setidaknya membawa satu payung untuk sama-sama jadi tempat berteduh. Gadismu, yang menanti dengan harap harap cemas. Hanya menginginkan itu.
Sesederhana itu takdir, yang kau hampiri. Yang kau salami. Karna gadismu, akan menentukan pada persimpangan mana ia akan berlalu.
Ditulis,
27 Desember 2017
27 Desember 2017
0 komentar:
Posting Komentar