Kesunyian telah menyergapku, membelenggu malam hingga nyaris tak ada kata terlontar dari bibirku. Tubuhku membeku. Lidahku kelu. Sekali lagi hela napas ini keluar dengan beratnya. Tetap dalam kesunyian aku berujar dalam batin. "Kenapa? Kenapa harus ada yang berlalu? Kenapa?!"
Waktu terus melaju. Jantungku terus berpacu. Dan.. hanya satu kata yang bisa aku katakan. "Aku, nyaris kalah."
Mata ini terpejam. Berusaha meresapi nyanyian malam yang lambat-lambat telah mengilhamiku sesuatu. Mengilhamiku sesuatu yang mampu mengangkatku dalam belenggu ini, sesuatu yang harusnya bisa mengentasku dari segala tekanan ini. Ya, itulah malam itu. Aku... harus mulai membuka mata hati, dan telinga ini, bahwa sejuta cara bisa datang padaku, meski di tengah kecamuk tekanan yang terngiang itu. Bahwa malam itu, segala sesuatu tentang diriku berevolusi, bermetamorfosis menjadi diriku yang jauh lebih indah. Menjadi Annisa yang semula semu, menjadi Annisa yang penuh rona Cahaya dan Tawa....
0 komentar:
Posting Komentar