Mataku terpaku pada satu titik yang mendadak membuat dadaku berdesir. Sesuatu yang seketika membuat darahku berhenti mengalir. Kukira, baru kemarin kubuka akun twittermu. Tapi...
'Syifa Dania'
Sebuah nama terukir indah di sana. Di biodatamu. Seolah mengikrarkan pada semesta tentang betapa kamu percaya bahwa kamu punya cinta yang layak untuk disebarluaskan. Aku tidak mengkritikmu, atau bahkan mencerca caramu mencintainya. Tapi..
"Anak itu nggak pantes buat Kakak itu!"
Benakku dipaksa berkelana tentang celotehan teman-teman. Ketika mereka berusaha jadi pelipur lara disaat hanya air mata yang mampu menggambarkan perasaanku.
"Kamu kuat, kok!"
Seolah sudah jadi santapan pagi, sakit dan air mata bagai sebuah kisah senja yang akan selalu datang. Berlalu dan kemudian kembali bertemu.
Akan tetapi, hati tak lebih dari sekepal tangan manusia. Mereka lemah. Mereka mudah berdarah. Mudah terluka.
Jika saja, sakit itu bisa diakurasikan dengan angka dan rumus fisika, maka berapa angka yang didudukinya?
Berapa ton sudah beban itu bersarang dan akhirnya meradang?
Ketika aku berusaha tegar, tersenyum dan berkata pada diri sendiri bahwa segalanya akan baik baik saja, yang ada hanyalah rasa sakit yang kian berkecamuk. I am not strong, but i'll try to be strong. Because I know, its the consequence. And it means, everyday will be a heavy day.
Sabtu, 28 September 2013
Jumat, 20 September 2013
Fearness
Pernahkah kamu mengerti rasa di mana kamu takut untuk menyayangi? Takut untuk jatuh dan tak dapat bangkit lagi?
Atau, pernahkah dirimu mengerti satu rasa yang membuat dirimu seolah mati?
Itu tanggal di mana kamu merasa terlahir kembali. Tanggal di mana kamu mengucap harapan dan keinginan masa depan. Banyak kejutan yang temanmu berikan dihari itu. Tumpahan tepung, telur, dan bahkan mereka menyembunyikan sepatu kesayanganmu.
Aku hanya tersenyum samar, berpikir bahwa aku tak mungkin ada di salah satu jejeran orang yang bisa menumpahkan tepung ke wajahmu.
Tapi, setidaknya ada sebuah doa yang aku panjatkan. Doa agar kamu dapat bahagia bersama orang yang kamu cinta. Akan tetapi, doa itu masih tertahan di kerongkongan. Pelan dan penuh akan ketakutan. Takut bahwa doa yang kubuat untukmu adalah doa yang akan membuat luka baru. Karena itu berarti bahagiamu mungkin bukan denganku.
Aku sadar ini ironis. Tapi, pernahkah kamu berharap pada kisah yang tak mungkin kau miliki? Seperti ketika kau ingin meraih satu bintang paling terang di atas awan?
Jika pernah, apa kau bisa meraihnya?
Atau, pernahkah dirimu mengerti satu rasa yang membuat dirimu seolah mati?
Itu tanggal di mana kamu merasa terlahir kembali. Tanggal di mana kamu mengucap harapan dan keinginan masa depan. Banyak kejutan yang temanmu berikan dihari itu. Tumpahan tepung, telur, dan bahkan mereka menyembunyikan sepatu kesayanganmu.
Aku hanya tersenyum samar, berpikir bahwa aku tak mungkin ada di salah satu jejeran orang yang bisa menumpahkan tepung ke wajahmu.
Tapi, setidaknya ada sebuah doa yang aku panjatkan. Doa agar kamu dapat bahagia bersama orang yang kamu cinta. Akan tetapi, doa itu masih tertahan di kerongkongan. Pelan dan penuh akan ketakutan. Takut bahwa doa yang kubuat untukmu adalah doa yang akan membuat luka baru. Karena itu berarti bahagiamu mungkin bukan denganku.
Aku sadar ini ironis. Tapi, pernahkah kamu berharap pada kisah yang tak mungkin kau miliki? Seperti ketika kau ingin meraih satu bintang paling terang di atas awan?
Jika pernah, apa kau bisa meraihnya?
Fearness
05 Sept 2013
-Annisa-
Label:
Kamu
Langganan:
Postingan (Atom)