Apa
bisa? Setiap mili tangis yang terbuang karena kamu, maka setiap debit rasa yang
memekakkan hatiku juga akan meluruh? Apa mungkin? Setiap luka yang kamu torehkan
dalam hatiku, mampu membuat aku membencimu dan membuatku melupakanmu?
“Veniiiiiisiiiiaaaa!!!!”
“Iya,
sory. Beneran aku lupa! Maaphhhh, Kay!”
“Nyebelin!
Sekarang nilai kita dikurangi kan?!”
“Yaa...
Mau gimana lagi, Kay,” Venisia hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak
terasa gatal. “Maaf. Eh, gimana kalau kamu aku traktir makan?”
“Veni,
aku ngerasa banyak hal berubah dari kamu. Kamu yang dulu polos dan selalu rajin
kerjain tugas, sekarang berubah.”
“Eh?
Maksudnya?”
Kayla
mengedikkan bahu. “Nggak tahu, aku juga nggak tahu harus gimana jabarinnya.”
“Aku
sebenernya juga ngerasa. Nggak tahu kenapa.”
“Apa
karena Aldi? Cowok tetangga kamu yang katanya ngejar kamu sampek ke ujung bumi
itu? Yang tiap detik, menitnya diisi dengan nge sms kamu pesan sok manis itu? Karena
dia? Kamu jadi nggak fokus?”
Veni
menggeleng yakin. “Bukan, bukan dia. Sama sekali bukan dia. Aku udah nggak
peduli sama dia, meski sampek dia jatuh dari gedung setinggi 17 meter aku nggak
akan sekali pun noleh ke dia. Aku udah punya seseorang yang isi hat..,”
“Oya?
Siapa orang yang udah buat kamu jatuh cinta? Kak Varis? Atau... cowok jual
gorengan di depan sekolah? Denger-denger sebenernya dia mahasiswa yang coba
usaha. Kayak film aja yah?”
Mata
Veni membulat begitu sahabatnya menyembulkan suara mengandung huruf v, a,r, i,
s.
“Varis?
Hahahaha. Enggak lah, dia kan udah punya pacar. Apalagi mas-mas penjual
gorengan. Kamu mungkin, meski pun penjual gorengan, pacarnya banyak. Apalagi
wajahnya kayak artis korea, siapa itu namanya Minho? Hahah,” jawab Veni.
“Enak
aja. Aku curiga sama kamu. Curiga banget. Pasti ada sesuatu, iya kan?”
Venisia
menggeleng. “Udah ah, tolong jangan bahas masalah cowok dan sebangsanya. Ke
kantin yuk.”
“Terserah,”
Kayla mengiyakan meski masih memasang tatapan penuh tanda tanya.
Veni
dan Kayla bersama menuju kantin. “Eh, Kay. Kayaknya uangku ketinggalan di tas.
Tunggu bentar ya.”
Veni
kembali ke kelas dengan terus berusaha merogoh sakunya. Mulai dari saku rok
hingga saku kemeja. Namun, yang ia temukan hanya selembar kertas dari hasil
sobekan buku kucel yang di dalamnya tertulis beberapa angka rumit. Ia menatap
lekat benda di genggamannya. “Nomor ini, kenapa harus ada di sini? Apa aku
harus coba?”
“Ven?
Ayokk, kantinnya keburu penuh. Nanti aku nggak bisa blablablabla.”
Veni
buru-buru memasukkan selembar kertas yang semula di genggamnya ke dalam tas dan
mengambil beberapa lembar uang lima ribuan.
Haruskah
aku senekad ini?
^^^
Veni
menelan ludah untuk yang kesekian kalinya semenjak duduk termangu menatap
selembar kertas kucelnya. Selembar kertas yang semula tak berarti, kini sangat
berharga ketika beberapa jenis angka mengisi hampanya sang kertas.
08573127000 Varis
Beberapa
kali Veni mengetik dan menghapus kembali deretan nomer di handphonenya. “Aihh,
gimana ini?”
“Gimana
kalau dia nggak bales?”
“Oke,
nggak ada salahnya nyoba. Ayo Veni! Sekarang atau tidak sama sekali!”
To:
0857312700000
Hai.. J
Veni mendengus lega
begitu pesannya terkirim.
^^^
Varis
terus menerus menguap. Bimbingan belajar kali ini dan sebelumnya selalu sama.
Membosankan. Tak lama berselang, sebuah getaran mengguncang saku celananya.
“Sms?” ujarnya membatin.
Diam-diam
Varis mengambil Hpnya dan menatap sekilas. “Hhh.. nomor tak dikenal lagi?”
From:
082139311000
Hai...
J
Beberapa
lama Varis menatap layar Hpnya. Dilema akan apa yang harus ia lakukan.
To:
082139311000
Hai
juga... ini siapa ya?
Varis
menekan tombol send di layar touchscreennya dengan sedikit
ogah-ogahan. Tak lama berselang, pesan jawaban datang.
^^^
“Huaaaahhhh!!!
Dijawaaabbb!! Huaaaa!”
Veni
melonjak bahagia begitu Hpnya bergetar. Amat bahagia hingga ia tak sanggup
mengungkapkannya. Sangat bahagia hingga rasanya dunia seperti surga.
From:
0857312700000
Hai
juga... ini siapa ya?
“Ya
tuhan. Aku mau mati. Varis... Dia... Jawab smsku?”
“Eh,
iya, aku ga boleh seneng dulu. Fokus.”
“Mari
kita baca.”
“Eh,
Varis nanya aku siapa?”
“Haduh,
gimana nih. Ngaku nggak ya? Kalau aku ngaku nanti dia nggak bales smsku, begitu
tahu aku dari kalangan anak biasa yang nggak terkenal, bahkan nggak cantik.”
“Haduh..
Gimana nih?”
“Helep?!
Aduh, aku galau.”
“Oke,
aku harus cari cara lain.”
To:
0857312700000
Hehehe
J nggak penting aku itu siapa..
Ini
bener Varis kan?
^^^
Varis
membuka pesan dari orang misterius itu. Masih dengan ogah-ogahan tentunya.
From:
082139311000
Hehehe
J nggak penting aku itu siapa..
Ini
bener Varis kan?
“Bikin
penasaran nih orang. Siapa sih?”
Varis
mulai mengetik satu persatu huruf. Hingga sebuah suara bernada tinggi menusuk
pendengarannya.
“Varis!
Kenapa Ir soekarno Hatta di bawa ke Rengasdengklok?”
“Heh?
Apa? Kenapa? Saya?”
“Iya,
kamu, Varis! Kenapa?!”
“Haduh,
kenapa ya? Eh, tahu gak?” Varis berusaha mengorek jawaban melalui temannya.
“Kenapa
ya? Mmmhhh... Saya belum lahir, Bu, waktu itu. Nanti saya tanya ke buyut saya,
pasti tahu,” jawab Varis sekenanya. Varis meringis menanti respon sang guru.
Sang guru mengerutkan kening dan melebarkan mata seperti hendak memangsa.
“Vaaarriiisss!!!”
yang empunya nama hanya meringis.
^^^
“Kok
lama sih nggak bales-bales? Apa dia males ya? Atau dia lagi sibuk?”
“Ahhhh..
kok jadi gini sih? Bales dong.. please..”
^^^
Varis
keluar dari bimbingan belajar dengan wajah suram. Ia berjalan menuju sebuah
bangku tanpa gairah dan duduk. Sesaat ia menengadahkan kepala melihat langit.
“Mendung?”
Varis
menghela napas seraya mengeluarkan Hpnya. “Oh iya, tadi belum sempet bales,”
kata Varis mengingat orang misterius yang membuatnya dihukum guru.
To:
082139311000
Kok
gitu? Penting dong. Siapa ini?
Iya,
bener ini Varis
Varis
meletakkan Hp kembali ke dalam saku. Sekali lagi ia menghela napas. Bersamaan
dengan itu, hujan turun rintik-rintik.
“Hah!
Hujan?! Gimana pulang? Nggak bawa jas hujan!”
^^^
“Huaaa!
Akhirnya di bales!”
From:
085731270000
Kok
gitu? Penting dong. Siapa ini?
Iya,
bener ini Varis
Veni
mengerucutkan bibir. “Harus ya? Tapi apa kamu tetep bales smsku meski tahu aku
siapa? Varis, kenapa?” dengus Veni. Ia dilanda dilema.
To:
085731270000
J kamu nanti akan tahu
siapa aku...
^^^
Tiada
yang bisa Varis lakukan selain duduk terdiam. Hujan sudah berselang hingga
sepuluh menit, tetapi sama sekali tak ada tanda-tanda akan reda.
“Sial
banget hari ini.”
Varis
menghela napas lagi dan lagi, meratapi nasipnya hari ini. Meratapi kesialan
kuadratnya sepanjang hari ini. Sepersekian detik kemudian, Hpnya bergetar.
“Masih dijawab ya?”
From:
082139311000
J kamu nanti akan tahu
siapa aku...
“Apa-apaan
ini?”
To:
082139311000
Terus,
aku harus panggil kamu siapa kalau aku nggak tahu namamu?
^^^
“Huuaaaahhh!
Masih di jawab!!”
From:
085731270000
Terus,
aku harus panggil kamu siapa kalau aku nggak tahu namamu?
“Hufffttt..
ini lebih rumit dari yang aku duga,” kata Venisia mulai putus asa.
“Aku
harus gimana?
Lama
Veni tak membalas. Ini lebih susah dari yang ia duga. Bahkan soal matematika
dan fisika tak lebih susah dibanding hal ini. Veni pusing bukan main.
^^^
“Huffttt...
Kapan hujannya reda?” Varis sedari tadi menanyakan pertanyaan sama yang bahkan
ia sendiri tak mampu menjawabnya. Tak banyak yang dapat ia lakukan, malam itu,
Hpnya sedang sepi. Biasanya, belasan fans rahasianya akan meneror, tapi, kali
ini hanya ada satu yang mengisi daftar inbox pesannya.
“Mana
orang yang tadi? Kenapa nggak sms? Atau smsku belum terkirim?”
Varis
membuka pesan terkirim dan mendapati pesannya sudah delivered, tetapi ia
menekan tombol kirim ulang.
^^^
“Haduhhhh!!!
Gimana ini?”
Veni
berguling-guling sejak tadi di atas ranjang. Ia juga mengacak-acak rambutnya
frustasi.
Drrrtttt...
“SMS?”
From:
Varisss J
Terus,
aku harus panggil kamu siapa kalau aku nggak tahu namamu?
Veni memandangi layar
Hpnya bingung. Matanya melebar melihat nama ‘Varisss J’ yang sempat ia buat
itu dengan sangat tegang.
“Hwaaaahhh, dia
ternyata masih tunggu jawabanku ya?!” pekiknya bingung.
“Haduh, udah deh,
gini aja,” Veni bangkit dari rebahannya dan mulai mengetik apa pun yang
melintas di benaknya. Ia tak ingin ambil pusing dengan kemungkinan yang akan
terjadi.
To: Varisss J
Nggak penting kok..
tenang aja.. kamu lagi ngapain?
^^^
Varis menatap
kelamnya langit yang bertengger di atas kepalanya. Seorang diri ia duduk
mematung. Semua temannya sudah pulang sejak tadi, hanya beberapa makhluk tak
dikenal yang diam-diam melirik genit ke arahnya. Itu sudah biasa, Varis memang
selalu berhasil menyedot perhatian publik, terutama wanita, adik kelasnya.
Selagi hujan, Varis
memutar lagu favoritnya, lagu yang sudah biasa berdengung di telinganya, bukan
lagu galau mau pun boyband pastinya.
Kalau saja ia mau, ia
bisa saja memerobek tirai hujan itu dengan motor Ninja putihnya. Tetapi, motornya
masih bau toko dan sayang kalau harus dikorbankan. Dan inilah yang bisa ia
lakukan, menunggu hujan reda.
Drrtttt...
From: Orang
Nggak penting kok..
tenang aja.. kamu lagi ngapain?
Varis langsung
membuka pesan tersebut, setelah sebelumnya memberi nomer Veni dengan nama
‘Orang’.
“Orang yang aneh,”
gumamnya.
To: Orang
Penting dong .. Nungguin ujan berhenti
To Be Continued...
^.^
Kang In Oh from Co-ed School Korean Band
Kang In Oh, Kyaaa!
0 komentar:
Posting Komentar