Ini nyata dan ini realita. Kisah yang sempat tertimbun, kini kembali mengalun. Kisah cinta bak drama yang menggetarkan jiwa. Kisah ketika hitam dan putih menyatu, atas dan bawah berpadu.
Itu senja. Ada luka yang tertoreh indah di sana. Jika saja aku bisa membunuh waktu, menghapus pilu di tengah senja yang tertawa kala itu, mungkin kita tak akan pernah bersama. Selalu ada pelangi setelah perginya badai. Meski senja sudah ternodai sakit hati, ia tak akan pernah marah, malah justru sebaliknya. Senja menjadi saksi sejarah yang membuka lubang-lubang kehidupan, satu persatu, sedikit demi sedikit. Ia memahami kisahku lebih dari aku memahaminya. Senja tahu bagaimana rasaku. Ia tahu dan mendengar tuturku lewat gurat jingga yang akan selalu terjaga.
Aku percaya, senja yang cerah tak selalu membawa kisah bahagia, tapi ia membawa pahit yang akan menjadi manis. Setidaknya, aku percaya pada Senja. Seperti aku percaya pada Cinta. Percaya bahwa cinta bukan perkara kalah, bahagia, atau duka. Bukan ukuran, keinginan, kekuatan, atau semacamnya. Hanya rasa. Itu saja. Maka pejamkan matamu dan gumamkan nama itu. Rasakan bahwa ia ada disisimu dan selalu ada untukmu. Dan semuanya akan baik-baik saja. Karena bahagiamu adalah bahagianya. Begitu pula sebaliknya.
2013-03-02
Annisa
"Felt"
1 komentar:
liuk katanya indah...
Nisce, Nayla... :)
Posting Komentar