Jumat, 01 November 2013

Mendung Bercerita

      Mendung.
          Satu kata tanpa setitik pun makna indah. Apa pun yang terbayang tentangnya ialah kegelapan yang menandai sebuah kepedihan. Dan kukira itu adalah tanda bahwa kamu tengah berduka.
        Itu siang yang tak berteman dengan mentari. Mereka lebih memilih merengkuh awan kelam dan menjadikan mereka teman. Alunan lagu yang tengah berdengung di telingaku memaksaku terbawa pada suasana bahagia. Bertolak belakang dengan perasaanmu yang mungkin rapuh. Serapuh sayap kupu-kupu. 
            Salahkah jika aku bahagia di atas kesedihan yang kamu rasakan? Mungkinkah kata putus terdengar menyakitkan di telingamu, tetapi membahagiakanku? Kejamkah aku? Salahkah jika aku terus berdoa tentang hal itu?
            Egois! Itukah kata yang pantas ku sandang?
           Mungkin alasan bahwa hujan tak pernah datang adalah aku dan kamu. Karena aku dan kamu berdoa meminta permohonan yang berbeda. Awan gundah dan terjebak di antara doa-doa ku dan doa mu. Oleh karena itu, mereka hanya melukiskan mendung yang panjang. Sama sekali tak menghadirkan hujan.
         Hari ini, sekali lagi aku menatap mendung. Duduk termenung di depan kelas seraya menanti kamu muncul dari balik tikungan itu. Dan ketika aku duduk menekuk lutut, sepasang sepatu beralas putih berhenti. Di depanku.
             Ketika aku menengadahkan kepala, kulihat tubuh jangkung itu berdiri di sana. Seketika darahku berhenti mengalir. Bersamaan dengan angin yang berhembus halus. Seolah memeluk aku dan kamu yang terjebak di dalam dimensi waktu.

To be continued..

Mendung Bercerita
1 November 2013


0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Best Web Hosting