Agar aku tahu rasanya menahan kantuk dengan lutut tertekuk
Bangunkan aku pukul 3 nanti,
Sembari meraba-raba sinar di ujung pintu yang berbunyi ketika kubuka, semua tahu bahwa ada insan yang sedang berusaha
Bangunkan aku pukul 3 nanti, lagi.
Jika kemudian aku enggan berlalu, kamu tahu bahwa kamu memiliki kuncinya meski susah payah kau cocokkan
Bangunkan aku pukul 3, sekali lagi.
Lantas, pada alas yang terlanjur basah, menunduk bukan jadi suatu masalah meski jelas matamu meragu
Aku bangun pukul 3 malam ini.
Seperti dedaunan kering di depan rumahku yang kusapu shubuh kemarin, atau cucian kering yang jadi kehujanan karena tidak jua ku pindahkan, aku, masih menjadi seseorang yang tanpa bosan bertanya.
Seperti Ramadhan yang seringkali kulewatkan dengan ibadah dan pahala alakadarnya, bodohnya, aku mengulanginya lagi dan lagi.
AC rusak di kamarku, tembok kamar yang baru sebulan di cat, lemari tua berisi album keluarga, jalanan yang lengang, petasan yang tak lagi terdengar, semua hal yang kutemui berubah. Barangkali, aku benar-benar harus mencari, menjadi apa aku pukul 3 nanti.
Selamat tidur
0 komentar:
Posting Komentar